Minggu, 30 Agustus 2020

DAMPAK CoVid-19 TERHADAP PETANI

 DAMPAK CoVid-19 TERHADAP PETANI


Saat diumumkannya pasien pertama yang positif terpapar wabah penyakit Corona Virus Disease 19 (CoVid-19) oleh Pemerintah pada 2 Maret 2020, saat itu juga mulai ramai diperbincangkan manfaat buah dan rempah-rempah untuk menangkal bahkan membunuh corona virus tersebut, anjuran untuk melakukan psycal distancing hingga kepastian stok bahan pangan sampai bulan Agustus 2020pun tak luput dari upaya yang tengah dikampanyekan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia.



Akan tetapi dari semua kampanye itu tidak disampaikan akan bahaya dari dampak CoVid-19 terhadap dunia pertanian khususnya bagi petani itu sendiri lebih spesifik lagi bagi petani kecil yang ada di pedesaan apa lagi mereka yang tinggal di daerah yang ditetapkan sebagai zona merah seperti di Bogor ini.

Berikut ini kami sampaikan suara hati Petani yang terdampak dari adanya wabah CoVid-19 melalui sesi wawancara yang dilakukan oleh Mahasiswa IPB atas nama Raden Reno Brajarana Zulkarnaen yang bekerjasama dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Wilayah Ciawi kab. Bogor.

Dalam kesempatan ini petani yang diwawancarai adalah Bapak Harun Ar-Rasyid Petani sukses dari Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi, sengaja kami pilih petani yang sukses agar dapat dijadikan dasar perbandingan bahwa petani sukses saja sangat terganggu dengan adanya wabah CoVid-19 ini apa lagi dengan petani kecil yang hanya menggarap lahan milik orang lain dengan sistem sewa atau bagi hasil.

Bapak Harun Ar-Rasyid merupakan petani contoh yang dimiliki BPP Wilayah Ciawi yang kesehariannya membudidayakan pertanian terpadu seperti tanaman Pangan berupa Padi, jagung dan kedelai jenis edamame. Selain tanaman pangan Pak Harun Ar-Rasyid juga turut membudidayakan tanaman hortikultura jenis sayuran dan buah-buahan. Adapula jenis ternak yang dibudidayakan seperti kambing, domba dan ayam serta itik. Tidak hanya itu, Pak Harun Ar-Rayid turut membudidayakan aneka ikan darat seperti ikan nila, mas, lele dan beberapa jenis ikan hias lainnya. Semua aktivitas pertanian terpadu yang digeluti oleh Pak Harun Ar-Rasyid telah dilakoninya selama 12 tahun sampai saat ini.

Di tengah wabah CoVid-19 ini Pak Harun Ar-Rasyid harus pintar-pintar untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan cara memanfaatkan setiap lahan yang ada untuk dibudidayakan aneka  jenis pertanian terpadu mulai dari jenis tanaman pangan, hortikultura sampai peternakan dan perikanan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan tetap memperhatikan peluang pasar yang prospektif di tengah wabah pandemik saat ini walau memang dalam kenyataannya harga produk pertanian yang dihasilkan oleh Pak harun Ar-Rasyid akhir-akhir ini membuat dirinya harus mengelus dada sebagai tanda kesabaran untuk tetap selalu bersyukur apa yang telah didapatkannya.

Tidak hanya masalah harga jual saja yang membuat Pak Harun Ar-Rasyid ini bersedih, produk pertanian yang dihasilkannya sering kali tidak bisa dijual keluar wilayah Kecamatan saat marak-maraknya wabah CoVid-19 ini, sehingga tidak jarang Pak Harun Ar-Rasyid acap kali membagikan produk pertaniannya kepada tetangga sekitar agar tidak terbuang mubazir.

Biaya yang biasa dikeluarkan oleh Pak Harun Ar-Rasyid untuk setiap komoditasnya saja tidak sedikit. Misalkan seperti budidaya cabai keriting yang ditanam pada lahan seluas 7000 meter tertanam pohon cabai sekitar 15000 batang dengan modal yang dikeluarkan tidak kurang dari Rp. 30 juta.

Sebelum ada wabah penyakit CoVid-19, Pak Harun Ar-Rasyid tidak begitu kesulitan untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya, akan tetapi saat ini di tengah wabah pandemik "jangankan untuk mengembalikan modal usaha, untuk menghidupi keluarga aja morat marit gitu" tutur Pak Harun Ar-Rasyid saat diwawancarai di kebun Plotnya.

Pemasaran produk hasil pertanian sebelum adanya wabah CoVid-19 Pak Harun Ar-Rasyid tidak mengalami kesulitan yang begitu berarti untuk menjualnya ke pasar manapun. Akan tetapi ditengah wabah pandemik ini Bapak dengan 3 anak dan 1 istri ini sangat kerepotan dan kebingungan dalam usaha untuk memasarkan hasil produk pertaniannya karena tidak bisa dibawa keluar wilayah Kecamatan Ciawi karena pasar ditutup, sehingga Pak Harun Ar-Rasyid hanya menjualnya di dalam Desa di mana Pak Harun Ar-Rasyid tinggal, itupun masih banyak sisa yang tidak terjual sehingga untuk menghindari kerusakan dan mubazir dibagikan ke tetangga sekitar Pak harun Ar-Rasyid berada.

Diakhir wawancara Pak Harun Ar-Rasyid pun menyampakan masalah tersulit yang tengah dihadapinya yaitu lagi-lagi persoalan harga yang tidak berpihak kepada petani. Kata Pak Harun Ar-Rasyid serendah rendahnya harga cabai saat belum ada wabah pandemi ini masih bisa bertahan di angka sekitar Rp. 10.000an,- tapi saat wabah ini menghebohkan se antero negeri harga cabai keriting terakhir yang diterima Pak Harun Ar-Rasyid hanya Rp. 5000,- saja, padahal biaya modal per pohon cabai sudah di angka Rp. 7000,-, itu belum termasuk produk hortikultura sayuran daun yang tidak laku dilempar ke pasar sehingga membuat banyak petani yang menangis.

"Sampai saat ini peran pemerintah untuk membantu dalam hal pemasaran produk pertanian berikut dengan regulasi harga jualnya belum dirasakan oleh Petani karena pemerintah saat ini lebih sibuk memberikan bantuan sosial secara langsung ketimbang memperbaiki kondisi usaha tani dan terusannya di lapangan" aku dari Pak Harun Ar-Rasyid sampai berharap ada realisasi dari pemerintah agar ada keberpihakan terhadap petani yang saat ini tengah berada di sesi keterpurukan.

Harapan dan masukan dari Pak Harun Ar-Rasyid untuk pemerintah di tengah wabah CoVid-19 ini yaitu agar pemerintah dapat membuka pasar seluas-luasnya untuk menampung hasil produksi petani dengan regulasi harga yang sedikit dapat memberikan keuntungan kepada petani. Tidak hanya itu agar pemerintah tidak membuka kran import produksi pertanian khususnya, serta pemerintah dapat mengeluarkan program untuk memberikan ganti rugi bagi petani yang hasil produksinya tidak laku terjual di tengah wabah CoVid-19 ini. (red. Andri Kiswantoro)

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOKUMENTASI KEGIATAN BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) WILAYAH CIAWI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2021   DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUH PERTANIAN DI ...